Palestina, Bagaimana
Bisa Aku Melupakanmu
Puisi Gaza
(bahasa inggris)
just look and pairs of
eyes
just angry and red-eye
just sadness and tears
just prayer and sore eyes
just cries and eyes
just shy and closed eyes
only letters and ink
just sounds and words
only sympathy and love
sorry, we Gaza
just angry and red-eye
just sadness and tears
just prayer and sore eyes
just cries and eyes
just shy and closed eyes
only letters and ink
just sounds and words
only sympathy and love
sorry, we Gaza
Ketika rumah-rumahmu diruntuhkan
bulldozer
dengan suara gemuruh menderu, serasa pasir
dan batu bata dinding kamartidurku bertebaran
di pekaranganku, meneteskan peluh merah dan
mengepulkan debu yang berdarah.
Ketika luasan perkebunan jerukmu dan pepohonan
apelmu dilipat-lipat sebesar saputangan lalu di
Tel Aviv dimasukkan dalam fail lemari kantor
agraria, serasa kebun kelapa dan pohon mang-
gaku di kawasan khatulistiwa, yang dirampas
mereka.
Ketika kiblat pertama mereka gerek dan keroaki bagai
kelakuan reptilia bawah tanah dan sepatu-
sepatu serdadu menginjaki tumpuan kening
kita semua, serasa runtuh lantai papan surau
tempat aku waktu kecil belajar tajwid Al-Qur’an
40 tahun silam, di bawahnya ada kolam ikan
yang air gunungnya bening kebiru-biruan kini
ditetesi
air
mataku.
Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu
Ketika anak-anak kecil di Gaza belasan tahun bilangan
umur mereka, menjawab laras baja dengan tim-
pukan batu cuma, lalu dipatahi pergelangan
tangan dan lengannya, siapakah yang tak
menjerit serasa anak-anak kami Indonesia jua yang
dizalimi mereka – tapi saksikan tulang muda
mereka yang patah akan bertaut dan mengulur
kan rantai amat panjangnya, pembelit leher
lawan mereka, penyeret tubuh si zalim ke neraka.
Ketika kusimak puisi-puisi Fadwa Tuqan, Samir Al-
Qassem, Harun Hashim Rashid, Jabra Ibrahim
Jabra, Nizar Qabbani dan seterusnya yang diba-
cakan di Pusat Kesenian Jakarta, jantung kami
semua berdegup dua kali lebih gencar lalu ter-
sayat oleh sembilu bambu deritamu, darah kami
pun memancar ke atas lalu meneteskan guratan
kaligrafi
‘Allahu Akbar!’
dan
‘Bebaskan Palestina!’
Ketika pabrik tak bernama 1000 ton sepekan memproduksi
dusta, menebarkannya ke media cetak dan
elektronika, mengoyaki tenda-tenda pengungsi
di padang pasir belantara, membangkangit reso-
lusi-resolusi majelis terhormat di dunia, mem-
bantai di Shabra dan Shatila, mengintai Yasser
Arafat dan semua pejuang negeri anda, aku pun
berseru pada khatib dan imam shalat Jum’at
sedunia: doakan kolektif dengan kuat seluruh
dan setiap pejuang yang menapak jalanNya,
yang ditembaki dan kini dalam penjara, lalu
dengan kukuh kita bacalah
‘laquwwatta illa bi-Llah!’
Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu
Tanahku jauh, bila diukur kilometer, beribu-ribu
Tapi azan Masjidil Aqsha yang merdu
Serasa terdengar di telingaku.
dengan suara gemuruh menderu, serasa pasir
dan batu bata dinding kamartidurku bertebaran
di pekaranganku, meneteskan peluh merah dan
mengepulkan debu yang berdarah.
Ketika luasan perkebunan jerukmu dan pepohonan
apelmu dilipat-lipat sebesar saputangan lalu di
Tel Aviv dimasukkan dalam fail lemari kantor
agraria, serasa kebun kelapa dan pohon mang-
gaku di kawasan khatulistiwa, yang dirampas
mereka.
Ketika kiblat pertama mereka gerek dan keroaki bagai
kelakuan reptilia bawah tanah dan sepatu-
sepatu serdadu menginjaki tumpuan kening
kita semua, serasa runtuh lantai papan surau
tempat aku waktu kecil belajar tajwid Al-Qur’an
40 tahun silam, di bawahnya ada kolam ikan
yang air gunungnya bening kebiru-biruan kini
ditetesi
air
mataku.
Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu
Ketika anak-anak kecil di Gaza belasan tahun bilangan
umur mereka, menjawab laras baja dengan tim-
pukan batu cuma, lalu dipatahi pergelangan
tangan dan lengannya, siapakah yang tak
menjerit serasa anak-anak kami Indonesia jua yang
dizalimi mereka – tapi saksikan tulang muda
mereka yang patah akan bertaut dan mengulur
kan rantai amat panjangnya, pembelit leher
lawan mereka, penyeret tubuh si zalim ke neraka.
Ketika kusimak puisi-puisi Fadwa Tuqan, Samir Al-
Qassem, Harun Hashim Rashid, Jabra Ibrahim
Jabra, Nizar Qabbani dan seterusnya yang diba-
cakan di Pusat Kesenian Jakarta, jantung kami
semua berdegup dua kali lebih gencar lalu ter-
sayat oleh sembilu bambu deritamu, darah kami
pun memancar ke atas lalu meneteskan guratan
kaligrafi
‘Allahu Akbar!’
dan
‘Bebaskan Palestina!’
Ketika pabrik tak bernama 1000 ton sepekan memproduksi
dusta, menebarkannya ke media cetak dan
elektronika, mengoyaki tenda-tenda pengungsi
di padang pasir belantara, membangkangit reso-
lusi-resolusi majelis terhormat di dunia, mem-
bantai di Shabra dan Shatila, mengintai Yasser
Arafat dan semua pejuang negeri anda, aku pun
berseru pada khatib dan imam shalat Jum’at
sedunia: doakan kolektif dengan kuat seluruh
dan setiap pejuang yang menapak jalanNya,
yang ditembaki dan kini dalam penjara, lalu
dengan kukuh kita bacalah
‘laquwwatta illa bi-Llah!’
Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu
Tanahku jauh, bila diukur kilometer, beribu-ribu
Tapi azan Masjidil Aqsha yang merdu
Serasa terdengar di telingaku.
- Sekali Lagi, Gaza
Gaza, tak kan hangus oleh nafsumu hai Israel yang haus darah!
Gaza, tak kan pernah mati oleh kelicikanmu wahai laknatullah!
Bumi Palestina takkan surut menyeru!, mengguncang! memporak porandakanmu!
Bumi Islam tak kan habis mengikis semangat menggempurmu!
karna mereka adalah pilihan
sebab mereka adalah seruan...
Biarpun kemaren kau bangga bisa membunuh 230 mujahid
dan melukai 750 lainnya..
Tak kan ada artinya..
bagi mereka adalah surga
tetapi bagimu mati adalah akumulasi ketakutan.
Kebanggaan picisan yang kau propagandakan pada dunia!
Sekali lagi Gaza,
Sekali lagi Palestina!
Sekali lagi kukatakan 'telah jelas yang haq dan yang bathil' - 2. Maju, Palestina!
Mata terbelalak melihat aksi si Israel Keparat!
Telinga menjadi panas mendengar peluru arogansi itu berdesing.
Nafas tertahan sesaat menelaah berita Bumi Palestina yang bersimbah darah syuhada
Seolah gemuruh suara terdengar dari sana," Jika Allah menitipkanku seribu nyawa, dan kuhembuskan nafas terakhirku satu persatu, takkan kulayangkan ia kecuali untuk syahid fisabiliLlah"
Walau kumengerti alasan saudaraku Mujahidin Palestina mempersembahkan nyawa
Meskipun aku tahu bau surga tercium di ranah Jihad Fii sabiliLlah
Aku pun yakin janji Allah selalu benar adanya
Tapi tetap hati ini tak rela jika pemuda-pemuda gagah kami itu hanya bertelanjang dada
berbekal batu dan senapan usang di bahu
hati tersayat menyaksikan para umm tergopoh-gopoh mencari bayi mereka yang lapar tak pulang
diriku tak sudi para pemimpin di dunia hanya memberi salam keprihatinan saja.
Mana keadilan itu? Mana pembelaan itu?
.... Mana harga diri itu?
Ayooo maju!! Lawan si Israel keparat yang bengis itu! Cegah aksi menjijikan itu!
Walau secuil infaq dan seuntai doa, masihkah berat untuk bisa mencium bau surga?
4. Bergerak, Tidak Mengeluh
sesak napasku tersengal-sengal, asma kumat lagi:(
tapi teringat dengan palestina ku, merana, duka
masihkah harus tidak bersyukur dengan segala karunia-Nya
Siapa lebih menderita dengan darah, bom, dan ketakutan tiap detiknya
Jangan mengeluh hanya karena segalanya tidak sesuai dengan harapanmu
Siapa yang menciptakan kondisi ini, dirimu sendiri.
Maka nikmatilah segala keadaan ini
sebelum semuanya menjadi lebih merana dan menduka seperti Palestina mu
Menjadi kuat lagi mengingat derita Palestina
Jangan lemah, ayo bangkit bantu mereka
kita satu tubuh, rasakanlah duka mereka
Lakukan apa yang kamu bisa
Jangan hanya mengeluhkan diri sendiri
Sedang dunia tidak selebar daun kelor
Tiada yang sempurna
Kesempurnaan adalah ketika kita telah berbuat untuk mereka
Nikmati rasa ini dalam-dalam
Nanti kamu akan merindukannya
Mari berbuat kebaikan untuk orang lain
Memberi manfaat walau hanya sekedar doa
Palestina tidak akan sendiri
Bila tiap-tiap kita merasakan dukanya dan bergerak
Sekeping saja dan sekelumit doa tulus dari kalbu
Semoga berjaya kembali Palestina kita. amiin5. Ada Apa Dengan ( Cinta ) Keluarga Kita?
Kita ibarat sebuah keluarga
Keluarga besar...Ya, sangat besar.
Di dalamnya ada banyak Ayah, Bapak, Babe, Bokap, Abi, Romo, Daddy, dan Papa
Ada banyak Ibu, Enyak, Emak, Umi, Bunda, Mami, dan Mama
Banyak
Apalagi anak-anak... tak terhitung jumlahnya.
Kita semua adalah saudara
Setiap anggota keluarga laki-laki dan perempuan punya fungsi dan peran
Bapak-bapak memimpin dan mendidik
Ibu-ibu mengasuh anak dan mengurus rumah tangga
Anak-anak mengikuti aturan dan mendapatkan perlindungan
Semua saling membantu dan bekerja sama
Semua menghormati yang tua dan mengasihi yang muda
Jika ada yang nakal, para orang tua segera bercermin, mengarahkan dengan arif
Tidak saling menyalahkan dan lari dari kenyataan
Jika ada yang berprestasi semua bersuka cita dan menjadikannya inspirasi
Tidak dengki apalagi menutup diri
Jika ada yang tersandung setiap orang menguatkan, dan menghibur
Tidak palingkan muka pura-pura tidak tahu
Jika ada yang berselisih ditunjuk wakil untuk menengahi secara adil
Tidak mengipas-ngipas api dan menyulutkan emosi
Kini satu anak sedang sakit, teramat sakit...
kondisi sekarat harus dibawa ke gawat darurat
Anak yang sholih dan berani, punya banyak potensi dan harapan
Kini Ia terkapar tak berdaya
Ia perlu tangan kekar dan bahu kokoh para Ayah untuk bersandar
Sangat menantikan belaian cinta dan perawatan para Ibu
Ia memintakan doa restu tiada henti kita semua untuk bisa bertahan
'Bertahanlah anakku, Palestina... .'
Kita adalah keluarga besar
Satu jiwa dan satu
harapan
Untuk meraih kejayaan Islam kembali
dan Ridho Ilahi
No comments:
Post a Comment