Syukur dan tahmid terbingkai
indah dalam sanjungan hamba untuk Dzat yang maha pemurah. Dia-lah, dengan
taufik dan hikmah-Nya unuk memilihkan derajat inggi untuk hamba atau hina
berkepanjangan.
Shalawat
serta salam terbingkai elok dalam do’a hamba kepada baginda agung, Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Beliaulah denagn penuh kasih dan sayangnya, yang
telah mengarahkan jalan-jalan mudah menuju keabadian syurga.
Kawan...
Lama
sudah rasannya kita tak berjumpa. Ada rindu yang mengejar sebenarnya, jika sekian
waktu berpisah. Sebab engkau adalah kawan dekatku. Karena kita pernah berjuang
berjalan dan hidup bersama.
Namun,
itu dahulu kala...
Saat
kita masih disatukan oleh majlis ilmu. Saat semangatku dan semangatmu dalam thalabul
‘ilmu bagai banjir bandang yang tak terbendung. Ya, momen-momen indah kita
dalam suka duka belajar agama.
Kawan...
Masikah teringat olehmu ? saat
orangtua kita marah, karena cara berpakaian kita yang berubah, apalagi ketika
kita mulai senang dan gemar segala sesuatu dengan pandangan agama? Dan, orang
tua kita pun akhirnya memaklumi. Sebab, kita masih berdarah muda suka dengan
hal-hal baru yang menantang.
Masihkah
engkau teringat? Saat nama-nam kita dipanggil oleh dewan guru. Karena kita terlambat
masuk kelas demi menegakkan shalat dzhuhur berjama’ah? Dan akhirnya kitapun
menang. Sebab, sebagian gurupun mendukung. Sekali lagi, sebab kita masih muda.
Semagat dan idealis kita begitu tinggi.
Kawan...
Masihkah engkau sepeti yang dulu?
Bersemagat membara untuk fokus belajar ilmu-ilmu agama.
Kawan...
Engkau
begitu cerdas, daripda menghafal rumus-rumus aksioma dalam ilmu matematika,
apakah tidak sebaiknya engkau mampu menjadi penghafal ayat-ayat suci Al-Qur’an?
Aku yakin engkau mampu menjadi penghafal Al-Qur’an.
Engkau sungguh pintar. Dari
mengahafal nama-nama latin tumbuh-tumbuhan lengkap dengan ordo dan familinya,
apakah tidak sebaliknya engkau menghafal hadits-hadits nabi Shalallahu ‘Alaihi
Wasallam lengkap dengan sanadnya? Aku yakin engkau mampu menjadi seorang
penghafal hadits.
Engakau benar-benar pandai. Dari
pada engkau menghafal vocabulary dan rumus-rumus tense dalam bahasa Inggris.
Apakah tidak sebaliknya engkau mengahafal mufradat bahasa Arab dan menguasai
tata bahasa Arab? Aku yakin engkau bisa menjadi seorang yang ahli nahwu dan
sharaf.
Engkau memiliki kekuatan
mengingat yang tinggi. Dari pada engkau mengahafal tahun dan peristiwa yang
terjadi dalam lintasan sejarah romawi dan daratan eropa, apakah tidak
sebaliknya engkau mengahafal tahun dan peristiwa yang terjadi pada nabi
Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam?. Aku yakin engkau mampu menjadi seorang
ahli sejarah islam.
Kawan...
Dengan
kemampuan, kecerdasan dan kemauan juga tentu dengan pertolongan Allah ‘Azza Wa
Jalla. Aku yakin engakau bisa menjadi pembimbing agama.
Namun...
Dimana engkau
sekarang?
Kemana engkau pergi?
Apa yang sedang
engkau kerjakan?
Kawan...
Sedih
rasanya saat mendengarmu kini. Cahaya ilmu cahaya di wajahmu telah berdosa
dengan gemerlapnya dosa. Sujud dan rukukmu yag lalu telah berganti menjadi
langkah-langkah cela. Do’a dan dzikirmu telah berganti nada dan lagu.
Engkau bukan yang
dulu lagi
Kawan...
Sekuntum
surat ini aku rangkaikan untuk mu. Moga-moga engkau teringat kembali akan tekad
dan cita-citamu untuk menjadi seorang ulama umat manusia.
Sungguh, do’aku selalu ada untuk
mu...
(Diambil dari buku warna-warni
pemuda)