Monday 2 September 2019

Sekuntum Surat Buat Kawanku


Syukur dan tahmid terbingkai indah dalam sanjungan hamba untuk Dzat yang maha pemurah. Dia-lah, dengan taufik dan hikmah-Nya unuk memilihkan derajat inggi untuk hamba atau hina berkepanjangan.
                Shalawat serta salam terbingkai elok dalam do’a hamba kepada baginda agung, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Beliaulah denagn penuh kasih dan sayangnya, yang telah mengarahkan jalan-jalan mudah menuju keabadian syurga.

                Kawan...

                Lama sudah rasannya kita tak berjumpa. Ada rindu yang mengejar sebenarnya, jika sekian waktu berpisah. Sebab engkau adalah kawan dekatku. Karena kita pernah berjuang berjalan dan hidup bersama.

                Namun, itu dahulu kala...

                Saat kita masih disatukan oleh majlis ilmu. Saat semangatku dan semangatmu dalam thalabul ‘ilmu bagai banjir bandang yang tak terbendung. Ya, momen-momen indah kita dalam suka duka belajar agama.

                Kawan...

Masikah teringat olehmu ? saat orangtua kita marah, karena cara berpakaian kita yang berubah, apalagi ketika kita mulai senang dan gemar segala sesuatu dengan pandangan agama? Dan, orang tua kita pun akhirnya memaklumi. Sebab, kita masih berdarah muda suka dengan hal-hal baru yang menantang.

                Masihkah engkau teringat? Saat nama-nam kita dipanggil oleh dewan guru. Karena kita terlambat masuk kelas demi menegakkan shalat dzhuhur berjama’ah? Dan akhirnya kitapun menang. Sebab, sebagian gurupun mendukung. Sekali lagi, sebab kita masih muda. Semagat dan idealis kita begitu tinggi.

                Kawan...
Masihkah engkau sepeti yang dulu? Bersemagat membara untuk fokus belajar ilmu-ilmu agama.

                Kawan...

                Engkau begitu cerdas, daripda menghafal rumus-rumus aksioma dalam ilmu matematika, apakah tidak sebaiknya engkau mampu menjadi penghafal ayat-ayat suci Al-Qur’an? Aku yakin engkau mampu menjadi penghafal Al-Qur’an.
Engkau sungguh pintar. Dari mengahafal nama-nama latin tumbuh-tumbuhan lengkap dengan ordo dan familinya, apakah tidak sebaliknya engkau menghafal hadits-hadits nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam lengkap dengan sanadnya? Aku yakin engkau mampu menjadi seorang penghafal hadits.
Engakau benar-benar pandai. Dari pada engkau menghafal vocabulary dan rumus-rumus tense dalam bahasa Inggris. Apakah tidak sebaliknya engkau mengahafal mufradat bahasa Arab dan menguasai tata bahasa Arab? Aku yakin engkau bisa menjadi seorang yang ahli nahwu dan sharaf.
Engkau memiliki kekuatan mengingat yang tinggi. Dari pada engkau mengahafal tahun dan peristiwa yang terjadi dalam lintasan sejarah romawi dan daratan eropa, apakah tidak sebaliknya engkau mengahafal tahun dan peristiwa yang terjadi pada nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam?. Aku yakin engkau mampu menjadi seorang ahli sejarah islam.

                Kawan...

                Dengan kemampuan, kecerdasan dan kemauan juga tentu dengan pertolongan Allah ‘Azza Wa Jalla. Aku yakin engakau bisa menjadi pembimbing agama.

                Namun...

Dimana engkau sekarang?
Kemana engkau pergi?
Apa yang sedang engkau kerjakan?

                Kawan...

                Sedih rasanya saat mendengarmu kini. Cahaya ilmu cahaya di wajahmu telah berdosa dengan gemerlapnya dosa. Sujud dan rukukmu yag lalu telah berganti menjadi langkah-langkah cela. Do’a dan dzikirmu telah berganti nada dan lagu.

Engkau bukan yang dulu lagi

                Kawan...

                Sekuntum surat ini aku rangkaikan untuk mu. Moga-moga engkau teringat kembali akan tekad dan cita-citamu untuk menjadi seorang ulama umat manusia.

Sungguh, do’aku selalu ada untuk mu...

(Diambil dari buku warna-warni pemuda)